Ini tentang HRD. HRD (Human Resource Development), Pengembangan
Sumber Daya Manusia (PSDM), atau Kaderisasi , apapun namanya, merupakan ‘jantung’
di suatu organisasi. Bisa dibayangkan manusia tidak bisa hidup jika jantung
tidak berfungsi, begitupun di organisasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kaderisasi adalah pengaderan, dan arti dari kader adalah orang yang diharapkan
akan memegang peran yang penting dalam sebuah organisasi. Jadi, bisa dikatakan
kaderisasi adalah proses dalam membentuk kader-kader baru dalam sebuah
organisasi tersebut.
Itu hanya sekedar pendahuluan, saya tidak akan menjelaskan
hakikat, peran penting, segala macam teori tentang kaderisasi. Karena memang
saya gak ngerti haha *skip.
Saya hanya sekedar ingin berbagi cerita saat saya berada
dalam suatu organisasi, dan saya masuk departemen.. H R D. Kalau kata Justin
Bieber di lagunya Believe “I don't know how I got here ,I knew it wouldn't be easy..”.
Serius, waktu oprek itu cuma ikut-ikutan dan saya ga ngerti apa itu HRD. Dan, amanah
itu datang ke saya, sebagai Staff Departemen HRD. Waktu terus berjalan dan hari
demi hari pun saya lewati menjalankan amanah ini sepenuh hati (maaf ya agak
lebay). Saya mulai belajar apa dan bagaimana itu HRD. Satu tahun pun berlalu...
Di tahun kedua di organisasi yang sama, amanah datang
kembali ke saya.. sebagai Sekretaris Departemen HRD *nangis. Serius, saya ragu
kata pepatah “Amanah tidak pernah salah memilih tuannya”. Saya merasa tidak
pantas, takut, campur aduk pokoknya. Tapi, saya tetap berusaha menjalaninya dan
merasa ‘baik-baik saja’.
Selama dua tahun berkecimpung dalam HRD (maaf sok2an), ada
banyak pelajaran berharga yang saya dapat. Bahwa saya berada dalam dua kondisi,
‘dikader’ sekaligus ‘mengkader’. Dikader karena sejatinya proses kaderisasi itu
tidak hanya berhenti saat saya sudah memegang peran dalam organisasi. Saya
belajar dari kader-kader yang lain, terus memperbaiki diri menjadi ‘kader’ yang
benar-benar diharapkan dalam organisasi. Mengkader karena saya juga belajar
memberi contoh yang baik. Bukankah sebelum menyuruh orang untuk menjadi baik,
kita harus memberi contoh baik terlebih dahulu? Memang ini yang sulit.
Sebelum saya mengakhiri cerita ini (cuma sedikit ya ceritanya haha), ijinkan saya untuk
mengucapkan TERIMAKASIH atas kesempatan dan kepercayaan dalam memegang amanah
ini. Alhamdulillah, Allah memberi saya sebuah keluarga baru yang hebat ini.
Tentang pengorbanan, kerjasama, kekeluargaan. Karena pelajaran hidup ini tidak
bisa didapatkan hanya dari bangku kuliah. Sekaligus saya juga mohon maaf untuk
semua khilaf. :’)
Di tahun ketiga ini, amanah lagi-lagi datang kembali ke
saya. Masih di organisasi yang sama, departemen yang sama. Semoga, di akhir
kepengurusan nanti, saya tidak lagi meragukan pepatah ini
“Amanah tidak pernah salah memilih tuannya”.
Bismillahirrahmanirrahim.
cc: FST Undip
2 komentar:
Amanah tak salah memilih tuannya, karna itu mintalah pundak yg kuat (*^_^*)
insyaAllah mbak, makasiih :))
Post a Comment